Fadhilah Ibadah Puasa Ramadhan

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
الحمد لله، الحمد لله رب العالمين، حمدا لله لأحد الصمد لم يلد و لم يولد و لم يكن له كفوا احد سبحنك لا علم لنا إلا ما علمتنا انك أنت العليم الحكيم رب اشرح لى صدري و يسر لى أمرى و احلل عقدة من لسانى يفقهوا قولى أما بعد
Para pendengar Suara Tebuireng Rahimakumullah, pada hari ini kami akan membawakan sebuah tema tentang fadhilah puasa Ramadhan. Perlu kita ketahui bersama bahwa tidaklah Allah SWT mewajibkan suatu ibadah terhadap makhluk-Nya kecuali kebaikan itu akan kembali kepada makhluk-Nya itu sendiri. Tidak mungkin Allah memberikan sesuatu yang bersifat masyru’iyyah baik itu yang berupa al-wajibat maupun al-muharramat yang tidak mengandung faedah atau fadhilah.
Tentu sebagai seorang hamba kita harus sam’an wa tha’atan yakni kita berupaya semampu mungkin untuk menjalankan ibadah tersebut dengan sebaik mungkin.
Ada beberapa fadhilah puasa yang harus kita ketahui bersama. Yang pertama, puasa itu bertujuan untuk membentuk kepribadian yang bertakwa. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Jadi puasa ini memang ibadah yang unik karena dia juga dilaksanakan oleh umat-umat yang terdahulu. Jadi bukan hanya pada masa Rasulullah Saw saja, tetapi nabi-nabi terdahulu bahkan agama-agama lain juga sudah menerapkan puasa tapi tentu tata cara puasanya berbeda-beda.
Kenapa puasa ini membentuk pribadi yang bertakwa?
Karena dengan puasa orang itu bisa merasakan penderitaan orang lain. Puasa itu menggugah kesadaran seorang hamba bahwa dia memang betul-betul lemah. Kita tidak makan dan minum mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, ada rasa lapar kemudian tubuh yang lemah tidak seperti hari-hari biasa. Tentu kita sadar bahwa kita ini adalah hamba yang dhaif, membutuhkan pertolongan dari Allah SWT. Tentu ketika kondisi seperti itu, kita bermunajat kepada Allah SWT, beribadah secara sungguh-sungguh, menjauhi segala larangan-Nya dan tujuannya adalah membentuk pribadi yang bertakwa. Takwa disini artinya adalah imtitsalul awamir wajtinabun nawahi yakni melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Kemudian yang kedua, faedah atau fadhilah puasa ini kita jadi ikut merasakan penderitaan orang miskin, orang yang fakir, orang yang tidak tahu besok harus makan apa. Mungkin selama ini kita diberikan fadhilah atau kelebihan rezeki oleh Allah SWT sehingga kita mempunyai rezeki yang cukup untuk makan besok, satu minggu kedepan, bulan depan juga masih bisa kita simpan dan sebagainya. Tapi bagaimana sekarang Allah mengajari kita bahwa ini adalah penderitaan orang-orang yang miskin, orang-orang yang tidak mampu, untuk hanya sekedar makan saja susah.
Dalam surat Al-Maun menerangkan tentang bagaimana agama itu menganjurkan seseorang untuk bersedekah terutama tentang makanan, Kenapa?
Karena memberi makan orang yang kelaparan itu termasuk amalan yang dapat menghapus dosa-dosa, mengundang turunnya rahman dan menyebabkan diterimanya taubat.
Kenapa kita harus memberikan makanan kepada orang lain?
Karena ini sifatnya adalah ibadah sosial. Kalau kita ngaji kemudian sholat itu adalah ibadah yang sifatnya individu sekali artinya manfaatnya untuk diri kita sendiri. Tetapi ketika kita beramal sholeh pada orang lain maka itu amal sosial yang bisa dirasakan manfaatnya oleh orang banyak.
Sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak sempurna iman orang yang kenyang perutnya sedang tetangga sebelahnya kelaparan.”
Ini harus menjadi introspeksi kita bersama, jangan sampai kita ini dalam keadaan kenyang, sedangkan tetangga kita yang kanan-kiri hidupnya menderita, bahkan untuk makan besok saja tidak ada jaminan. Seharusnya kita peka kemudian memberikan sesuatu yang kita miliki baik itu berupa makanan, jajan, atau kuah sekalipun kalau ada kelebihan maka diberikan kepada tetangga kita agar ikut merasakan kebahagiaan bersama.
Kemudian yang ketiga, fadhilah bulan puasa ini, manfaatnya adalah melatih diri kita untuk mengatur hawa nafsu. Hawa nafsu itu kalau diikuti dia seperti anak kecil yang terus-terusan menyusu kepada ibunya, maka harus disapih agar tidak terus-terusan seperti itu. Ini saya referensinya dari sebuah maqolah yang mengatakan
وَالنّفْسُ كَالطّفِلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى ۞ حُبِّ الرَّضَاعِ وَإِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمِ
Nafsu bagaikan bayi, bila kau biarkan akan tetap suka menyusu. Namun bila kau sapih, maka bayi akan berhenti sendiri
Jadi memang hawa nafsu itu tidak untuk dituruti. Bagaimana diri kita ini menjadi hamba yang takwa kemudian nafsu kita ini kita olah menjadi nafsu yang muthmainnah, yakni nafsu yang tenang tidak bergejolak, tidak nafsu yang mengajak pada sesuatu yang jelek atau tercela atau disebut dengan nafsu lawwamah, nafsu ammaroh bis suu’ itu nafsu yang yang sangat jelek sekali.
Puasa ini menjadikan nafsu kita ini tunduk kepada keinginan-keingan, syahwat-syahwat yang selama ini kita umbar di hari-hari di luar Ramadhan dan agar nafsu kita ini menjadi nafsu yang mardhiyyah, nafsu yang diridhoi oleh Allah SWT.
Kemudian fadhilah puasa, kelebihan puasa lain yang harus kita renungkan adalah ibadah puasa ini ibadah puasa yang sangat eksklusif. Artinya apa?
Ibadah puasa ini ibadah yang sangat jauh dari sifat riya’. Orang tidak akan tahu dari kejauhan kita ini puasa atau tidak, karena ibadah puasa ini hanya hubungan kita dengan Allah saja yang tahu.
Maka ada istilah: “asshoumu lii wa ana ajzii bihi”. Ini hadist Qudsi. Allah mengatakan bahwa: “Puasa ini milik-Ku dan Saya langsung yang membalas-Nya.
Insyaallah pada pertemuan selanjutnya akan kita bahas apa perbedaan puasa dengan ibadah-ibadah yang lainnya.
Demikian para pendengar Radio Suara Tebuireng FM Rahimakumullah semoga pada bulan puasa ini kita betul-betul menjadi hamba yang bertakwa, ikut merasakan penderitaan orang miskin sehingga kita mempunyai kepedulian sosial untuk bersedekah, mengeluarkan zakat dan sebagainya dan juga puasa ini mengajarkan kita untuk bagaimana mengendalikan hawa nafsu sehingga nafsu kita ini menjadi nafsu yang tenang, nafsu muthmainnah. Dan juga kita menikmati semua rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT dengan hati yang tenang.
Demikian kami sampaikan. Saya Ahmad Kanzul Fikri dari PP Al-Aqobah Kwaron Jombang untuk Radio Suara Tebuireng FM.
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته