Puasa pada Hari-Hari Setelah Nisyfu Sya’ban, Bolehkah?
Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam urutan kalender hijriyah. Masuknya bulan Sya’ban menandakan sudah dekatnya bulan Ramadhan. Dinukil dari Terjemah Tafsir Ibnu Katsir Juz 10, Syekh Alamud Din As-Sakhawi di dalam kitabnya Al-Masyhur fi Asmail Ayyam was Syuhur telah menyebutkan bahwa Sya’ban berasal dari sya’abal qabailu, artinya kabilah-kabilan itu mulai berpencar untuk mengadakan serangan.
Bulan Sya’ban adalah bulan penuh berkah, nabi Muhammad Saw sendiri sering berpuasa pada bulan Sya’ban. Namun demikian ulama menghukumi makruh puasa setelah Nisyfu Sya’ban atau setelah tanggal 15 Sya’ban bagi orang islam yang tidak biasa berpuasa. Kurang baik bagi orang yang tidak biasa puasa pada hari-hari sebelumnya apabila berpuasa pada hari-hari setelah Nisyfu Sya’ban.
Bahkan ulama mengharamkan puasa pada Yaumu As-Syak, yaitu hari terakhir bulan Sya’ban. Keharaman ini dikarenakan kekhawatiran sudah masuk bulan Ramadhan atau sebelum Ramadhan. Kendati demikian, orang yang sudah terbiasa puasa pada hari-hari sebelumnya seperti puasa Senin-Kamis maka tidak makruh berpuasa pada hari-hari setelah Nisyfu Sya’ban.
Sekali lagi bagi yang tidak biasa puasa, sebaiknya tidak berpuasa pada tanggal 16 Sya’ban keatas. Tujuan dan hikmah dari kemahruhan puasa setelah tanggal 15 Sya’ban adalah untuk mempersiapkan stamina menjelas puasa Ramadhan agar yang bersangkutan tidak sakit pada puasa Ramadhan.
Jadi Ulama menghukumi makruh berpuasa pada hari-hari setelah tanggal 15 Sya’ban sampai menjelang puasa Ramadhan untuk orang yang tidak biasa berpuasa. Akan tetapi hukum makruh tidak berlaku bagi orang yang sudah biasa berpuasa pada hari-hari sebelumnya.